Senin, 22 Oktober 2012

Dinasti Mamluk



PENDAHULUAN

Dinasti mamluk berasal dari kalangan budak, hal ini dapat diketahui dari asal kata mamluk itu sendiri, yaitu mamluk yang memiliki arti “budak”. Dinasti mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti mamluk bahri (648 H – 792 H) dan dinasti mamluk burji (792 H – 923). Para budak ini berhasil membangun suatu dinasti karena sebelumnya para mamluk ini merupakan tawanan dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara.
Walaupun dinasti ini didirikan oleh para kaum budak, namun dinasti ini juga mencapai kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan dan arsitektur yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dalam makalah ini. Pada masanya dinasti mamluk ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu pengetahuan, diantaranya: ibn khaldun, ibn nafis dan abu al fida. Sama seperti dinasti-dinasti yang sebelumnya tokoh-tokoh besar pada masa dinasti ini juga memiliki pengaruh yang besar pula bagi dunia melalui ilmu mereka.
Namun tidak jauh berbeda juga dengan dinasti-dinasti islam lainnya, setelah masa kejayaannya dinasti ini pun mengalami masa kemunduran. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran ialah faktor internal dalam dinasti mamluk tersebut. Penjelasan lebih dalam akan dijelaskan pada bab berikut ini.








PEMBAHASAN

  1. Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Mamluk.
Kemajuan-kemajuan yang di capai oleh dinasti mamluk banyak sekali, di antara beberapa kemajuan yang di capai adalah bidang ilmu pengetahuan dan bidang arsitektur
a.       Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk antara lain sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama. [1] Di masa ini pula muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Di samping itu Mesir dengan perguruan tinggi Al ashar serta perpustakaan Dar al Hikmahnya yang selamat dari serangan Mongol menyebabkan kesinambungan ilmu jaman klasik tetap berkembang. Mesir menjadi pusat peradaban islam berintikan kebudayaan arab. [2]
Ilmuan-ilmuan besar yang lahir pada masa dinasti mamluk di antaranya adalah :
1.      Ibn Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna ( Ibn Sina kedua ) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan seorang penulis yang serba bisa pada abad ke-7 H/13 M. Ia belajar  ilmu kedokteran di tempat kelahirannya yang mana gurunya berasal dari perguruan “ Ibn at-Tilmidz”. selain itu ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu keislaman lainnya . Salah satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at Thibb sebuah ensiklopedia kedokteran yang lengkap, terdiri kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam 8 jilid dan dia juga penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia  .
2.      Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah terkenal. Abu al Fida merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu Shalahuddin al Ayyubi. Karyanya yang terkenal Al-Nujum al Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang terang raja-raja Mesir dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode penaklukan bangsa arab sampai 1453. [3]
3.      Ibn Khaldun, dia adalah seorang ilmuan islam yang sangat cemerlang dan  yang paling di hargai oleh dunia intelektual modern karena  karya-karyanya yang sangat monumental, salah satu karyanya adalah Philosophi of history yaitu filsafat sejarah  terbesar yang pernah duciptakan manusia dari Negara dan bangsa manapun[4]
Selain itu dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Nashiruddin ath-Thusi yang dalam bidang astronomi, Abul Faraj al-'Ibry ahli dalam dalam bidang matematika[5]. Abdul Mun'im ad-Dimyathi seorang dokter hewan, dan Ar-Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan masih banyak ilmuan-ilmuan lainnya.
Pada abad ke-13 satu genre bidang kesenian berkembang dengan baik yaitu seni wayang, pertama kali muncul dengan tajuk Thayf al Khayal fi Ma’rifah Khayal al Zhil (bayang-bayang imajinsi tentang pengetahuan pertunjukan wayang dan masih banyak para ilmuan-ilmuan besar lainnya) oleh Muhammad ibn Daniyal al Khuza’I al Maushili dan satu-satunya karya yang masih bertahan hingga kini dalam bidang drama puitis dari dunia islam abad pertengahan. Pertunjukan wayang kemungkinan di ciptakan di Timur tengah, akan tetapi orang-orang islam mengenalnya dari India atau Persia.


b.      Arsitektur atau Pembangunan
Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid. Pada periode mamluk kejutan yang paling mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural nan artistik pada sakla dan kualitas yang tidak di temukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa plotemius dan fira’un. Arsitektur muslim mencapai ekspresi yang paling kaya ornament pada sejumlah masjid, sekolah dan museum yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin mamluk . [6]
Mazhab arsitektur mamluk, yang asalnya bisa di lacak model arsitektur periode Nuriyyah dan Ayyubiyah, mendapat suntikan baru dari orang Suriah-Mesopotamia pada abad ke 13, ketika Mesir menjadi tempat berlindung para pengrajin dan seniman yang melarikan dari Mosul, Baghdad dan Damaskus sebelum invasi Mongol. Rancangan bentuk menyilang pada struktur masjid-sekolah di kembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Kubah di bangun untuk menahan cahaya yang datang dari berbagai arah, juga untuk penerangan, tampak indah dari luar dan kaya dekorasi. Bangunan batu bergaris, dan berbagai dekorasi yang di hasilkan dengan menggunakan batu-batu beragam warna pada setiap isinya berasal dari Romawi dan Bizantium, menjadi ciri istimewa arsitektur periode ini. Hal lain yang perlu di catat dari periode ini adalah pengembangan stalaktif-pendentif, sama halnya dengan dua dekorasi lain yang di kenal baik saat ini yaitu arabesque dan huruf-huruf bergaya kufi. Sepanjang sejarah muslim figur-figur binatang lebih bebas di pakai di Mesir dan Suriah dari pada di Spanyol dan Persia.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada obyek-obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an dan masjid akan tetapi di terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok, baki, pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi tentang gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer. Putri-putri kerajaan menghiasi diri mereka dengan berbagai hiasan mewah seperti gelang, kalung, gelang kaki, anting sama seperti yang masih di gunakan oleh orang Mesir modern. Kemegahan mamluk semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni semisal tarian, sulap dan pertunjukan wayang. Sejak penaklukan Turki Ustmani atas wilayah Mesir dan Suriah, hampir semua pusat kerajinan dan industri mulai runtuh. Sejumlah arsitek, ahli teknik, tukang kayu dikirim ke Konstantinopel oleh sultan Halim. Hanya satu bidang kerajinan yaitu ukiran keramik yang bertahan setelah penaklukan Turki usmani dan menghsilkan kualitas terbaik melampaui berbagai kriya seni lainnya. Sebagaimana ditunjukkan oleh koleksi keramik damaskus yang tersimpan di Kensington selatan. Talam, mangkok, kandil, vas bunga dan berbagai benda yang terbuat dari kuningan yang di produksi saat ini di Demaskus, kebanyakan mengikuti pola-pola dari periode mamluk. [7]
B.     Zaman Kemunduran
Sebagaimana halnya dinasti-dinasti lain, dinasti mamluk juga mengalami pasang surut. Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, dinasti ini mengalami kemunduran  yang pada akhirnya membawa kepada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah :
a.       Perebutan Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Qalawun, Sultan Mamluk ke-8 (1279-1290 M) melakukan perubahan dalam bidang pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara turun-temurun dan tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihal militer untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahriyun sehingga semakin lama pejabat dari Mamluk Bahriyun semakin berkurang dan digantikan dengan oleh Mamluk Al- Burjiyun.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan dalam pemerintahan. Pada masa Al- Nasir Muhammad Ibnu Qalawun (1293 M) ia mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan Kitbuga (Al- Adi Zaenal Al- Din) dan Najim Al-Mansur Hismudin. Pada 1382 M Barquk Al- Dzahir Saef Al- Din dari Mamluk Al- Burjiyun berhasil merebut kekuasaan dari tangan Al- Shalih Salahuddin, Sultan terakhir dari keturunan Qalawun. Sejak saat itulah mulai periode kekusaan Mamluk Al- Burjiyun.
Meskipun sultan-sultan Mamluk Burjiyun menerapkan sistem pemerintahan secara oligarki seperti yang diterapkan Mamluk Bahriyun sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi ini di manfaatkan oleh para amir untuk saling berebut kekuasaan dan merperkuat posisinya di pemerintahan.   
b.      Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Al- Nasir, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan penguasa istana, bahkan di kalangan para amir. Hal ini, membuat keuangan negara semakin merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dari sektor pajak dinaikkan sehingga penderitaan rakyat semakin bertambah. Disamping itu, perdagangan pun dipersulit, seperti komoditi utama dari Mesir yang selama ini diperjualbelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan dan keuntungannya untuk berfoya-foya.  Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.
Maka, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan  bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
c.       Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang membelenggu kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka. Keadaan ini semakin memperburuk musim kemarau panjang dan wabah penyakit menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498 M, jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah ke tempat itu. Hal ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara yang selanjutnya melemahkan perekonomian.   
d.      Serangan dari Turki Ustmani
Penyebab langsung runtuhnya Dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan antara Turki Ustmani ynag terjadi dua kali. Pada tahun 1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk.   Setelah menang di Aleppo, tentara Turki Ustmani melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam perjalanan ini terjadi pertempuran sengit antara tentara Turki Ustmani dan Mamluk  pada 22 Januari 1516 M. Pertempuran terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (Al- Asyrof) yang merupakan sultan terakhir Dinasti Mamluk.
Dinasti Mamalik juga kalah melawan pasukan Utsmani dalam pertempuran  di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Dengan demikian berakhirlah  kekuasaan Dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dari Kairo ke Istambul dan Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.




KESIMPULAN

Dinasti mamluk merupakan sebuah dinasti yang berasal dari kalangan budak. Dinasti ini merupakan tawanan dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara sehingga berhasil membangun suatu dinasti. Dinasti Mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti Mamluk Bahri (648 H – 792 H) dan Dinasti Mamluk Burji (792 H – 923). Walaupun dinasti ini didirikan oleh para kaum budak, namun dinasti ini juga mencapai kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan dan arsitektur. Pada bidang Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Mamluk antara lain sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama dan pada masa ini muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Seperti Ibnu Khalikan, Nasir Al Diin Al- Thusi, Ibnu Taimiyah, As- Suyuti, dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bidang arsitektur, dinasti ini membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid, dan yang  paling mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural dan artistik pada skala dan kualitas yang tidak ditemukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa Plotemius dan Fira’un.
Dinasti ini mengalami kemunduran  yang pada akhirnya membawa kepada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah adanya perebutan kekuasaan, kemewahan dan korupsi, merosotnya perekonomian, dan serangan dari bangsa Turki Ustmani. Pada akhirnya dinasti ini memiliki nasib yag sama dengan dinasti-dinasti lain ketika mengalami kemunduran, adapun salah satu faktornya dengan adanya perebutan kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah. Hal inilah yang terkadang menjadikan umat Islam sulit untuk maju karena perebutan  kekuasaan menandakan bahwa pemimpin pada masa itu masih belum benar-benar memikirkan kesejahteraan rakyatnya ketika dinasti mamluk sedang berkuasa.

DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K.  History Of Arabs. Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : KENCANA, 2003.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.  Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.








[1] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 129.
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : KENCANA, 2003), hal 216-217.
[3] Philip K.Hitti, History Of Arabs, (Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002), hal 881.
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : KENCANA, 2003), hal 221-222.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008) hal 127.
[6] Philip K.Hiti, History Of Arabs, (Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002), hal 885.
[7] Ibid, hal 886-888.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar