PENDAHULUAN
Dinasti mamluk berasal dari kalangan budak, hal ini dapat
diketahui dari asal kata mamluk itu sendiri, yaitu mamluk yang memiliki
arti “budak”. Dinasti mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti mamluk bahri
(648 H – 792 H) dan dinasti mamluk burji (792 H – 923). Para budak ini berhasil
membangun suatu dinasti karena sebelumnya para mamluk ini merupakan tawanan
dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara.
Walaupun dinasti ini didirikan oleh para kaum budak,
namun dinasti ini juga mencapai kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu
pengetahuan dan arsitektur yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dalam
makalah ini. Pada masanya dinasti mamluk ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh
besar dalam bidang ilmu pengetahuan, diantaranya: ibn khaldun, ibn nafis dan
abu al fida. Sama seperti dinasti-dinasti yang sebelumnya tokoh-tokoh besar
pada masa dinasti ini juga memiliki pengaruh yang besar pula bagi dunia melalui
ilmu mereka.
Namun tidak jauh berbeda juga dengan dinasti-dinasti
islam lainnya, setelah masa kejayaannya dinasti ini pun mengalami masa
kemunduran. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran ialah faktor internal
dalam dinasti mamluk tersebut. Penjelasan lebih dalam akan dijelaskan pada bab
berikut ini.
PEMBAHASAN
- Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Mamluk.
Kemajuan-kemajuan yang di capai oleh dinasti mamluk
banyak sekali, di antara beberapa kemajuan yang di capai adalah bidang ilmu
pengetahuan dan bidang arsitektur
a.
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk antara lain sejarah,
kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama.
[1] Di masa ini pula muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan
yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Mesir menjadi tempat
pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Di samping itu Mesir dengan perguruan tinggi Al ashar
serta perpustakaan Dar al Hikmahnya yang selamat dari serangan Mongol
menyebabkan kesinambungan ilmu jaman klasik tetap berkembang. Mesir menjadi
pusat peradaban islam berintikan kebudayaan arab.
[2]
Ilmuan-ilmuan
besar yang lahir pada masa dinasti mamluk di antaranya adalah :
1.
Ibn Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna ( Ibn Sina kedua ) karena reputasinya sebagai
seorang dokter yang terkemuka dan seorang penulis yang serba bisa pada abad
ke-7 H/13 M. Ia belajar ilmu kedokteran
di tempat kelahirannya yang mana gurunya berasal dari perguruan “ Ibn
at-Tilmidz”. selain itu ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu
keislaman lainnya . Salah satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at Thibb sebuah ensiklopedia
kedokteran yang lengkap, terdiri kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam
8 jilid dan dia juga penemu susunan dan peredaran darah
dalam paru-paru manusia .
2. Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah
terkenal. Abu al Fida merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu Shalahuddin al
Ayyubi. Karyanya yang terkenal Al-Nujum
al Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang terang raja-raja Mesir
dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode penaklukan bangsa arab
sampai 1453. [3]
3.
Ibn Khaldun, dia adalah seorang ilmuan islam yang sangat cemerlang
dan yang paling di hargai oleh dunia
intelektual modern karena karya-karyanya
yang sangat monumental, salah satu karyanya adalah Philosophi of history yaitu filsafat sejarah terbesar yang pernah duciptakan manusia dari
Negara dan bangsa manapun[4].
Selain
itu dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Nashiruddin ath-Thusi yang dalam
bidang astronomi,
Abul Faraj al-'Ibry ahli dalam dalam
bidang matematika[5]. Abdul Mun'im
ad-Dimyathi seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi
dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf.
Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah
seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi
yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani
dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan masih banyak ilmuan-ilmuan lainnya.
Pada
abad ke-13 satu genre bidang kesenian berkembang dengan baik yaitu seni wayang,
pertama kali muncul dengan tajuk Thayf al
Khayal fi Ma’rifah Khayal al Zhil (bayang-bayang imajinsi tentang
pengetahuan pertunjukan wayang dan masih banyak para ilmuan-ilmuan besar
lainnya) oleh Muhammad ibn Daniyal al Khuza’I al Maushili dan satu-satunya
karya yang masih bertahan hingga kini dalam bidang drama puitis dari dunia
islam abad pertengahan. Pertunjukan
wayang kemungkinan di ciptakan di Timur tengah, akan tetapi orang-orang islam
mengenalnya dari India atau Persia.
b.
Arsitektur atau Pembangunan
Daulah Mamalik juga banyak
mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk
membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain
yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum,
perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid. Pada periode
mamluk kejutan yang paling mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural
nan artistik pada sakla dan kualitas yang tidak di temukan padanannya dalan
sejarah Mesir sejak jaman masa plotemius dan fira’un. Arsitektur muslim
mencapai ekspresi yang paling kaya ornament pada sejumlah masjid, sekolah dan
museum yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin mamluk . [6]
Mazhab arsitektur mamluk, yang asalnya bisa di lacak
model arsitektur periode Nuriyyah dan Ayyubiyah, mendapat suntikan baru dari
orang Suriah-Mesopotamia pada abad ke 13, ketika Mesir menjadi tempat
berlindung para pengrajin dan seniman yang melarikan dari Mosul, Baghdad dan
Damaskus sebelum invasi Mongol. Rancangan bentuk menyilang pada struktur
masjid-sekolah di kembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Kubah di bangun
untuk menahan cahaya yang datang dari berbagai arah, juga untuk penerangan,
tampak indah dari luar dan kaya dekorasi. Bangunan batu bergaris, dan berbagai
dekorasi yang di hasilkan dengan menggunakan batu-batu beragam warna pada setiap
isinya berasal dari Romawi dan Bizantium, menjadi ciri istimewa arsitektur
periode ini. Hal lain yang perlu di catat dari periode ini adalah pengembangan
stalaktif-pendentif, sama halnya dengan dua dekorasi lain yang di kenal baik
saat ini yaitu arabesque dan huruf-huruf bergaya kufi. Sepanjang sejarah muslim
figur-figur binatang lebih bebas di pakai di Mesir dan Suriah dari pada di
Spanyol dan Persia.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya
diterapkan pada obyek-obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an
dan masjid akan tetapi di terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga
seperti cangkir, mangkok, baki, pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi
tentang gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik
kontemporer. Putri-putri kerajaan menghiasi diri mereka dengan berbagai hiasan
mewah seperti gelang, kalung, gelang kaki, anting sama seperti yang masih di
gunakan oleh orang Mesir modern. Kemegahan mamluk semakin meriah dengan
berbagai pertunjukan seni semisal tarian, sulap dan pertunjukan wayang. Sejak
penaklukan Turki Ustmani atas wilayah Mesir dan Suriah, hampir semua pusat
kerajinan dan industri mulai runtuh. Sejumlah arsitek, ahli teknik, tukang kayu
dikirim ke Konstantinopel oleh sultan Halim. Hanya satu bidang kerajinan yaitu
ukiran keramik yang bertahan setelah penaklukan Turki usmani dan menghsilkan
kualitas terbaik melampaui berbagai kriya seni lainnya. Sebagaimana ditunjukkan
oleh koleksi keramik damaskus yang tersimpan di Kensington selatan. Talam,
mangkok, kandil, vas bunga dan berbagai benda yang terbuat dari kuningan yang
di produksi saat ini di Demaskus, kebanyakan mengikuti pola-pola dari periode
mamluk. [7]
B. Zaman Kemunduran
Sebagaimana halnya dinasti-dinasti lain, dinasti
mamluk juga mengalami pasang surut. Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai
bidang, dinasti ini mengalami kemunduran
yang pada akhirnya membawa kepada masa kehancuran. Faktor-faktor yang
menyebabkan dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah
:
a. Perebutan
Kekuasaan
Pada
masa pemerintahan Qalawun, Sultan Mamluk ke-8
(1279-1290 M) melakukan perubahan dalam bidang pemerintahan, yaitu pergantian
sultan secara turun-temurun dan tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihal
militer untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun
juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahriyun sehingga semakin lama
pejabat dari Mamluk Bahriyun semakin berkurang dan digantikan dengan oleh
Mamluk Al- Burjiyun.
Sistem
baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan dalam
pemerintahan. Pada masa Al- Nasir Muhammad Ibnu Qalawun (1293 M) ia mengalami
dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan Kitbuga (Al- Adi Zaenal
Al- Din) dan Najim Al-Mansur Hismudin. Pada 1382 M Barquk Al- Dzahir Saef Al-
Din dari Mamluk Al- Burjiyun berhasil merebut kekuasaan dari tangan Al- Shalih
Salahuddin, Sultan terakhir dari keturunan Qalawun. Sejak saat itulah mulai
periode kekusaan Mamluk Al- Burjiyun.
Meskipun
sultan-sultan Mamluk Burjiyun menerapkan sistem pemerintahan secara oligarki
seperti yang diterapkan Mamluk Bahriyun sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut
sehingga situasi ini di manfaatkan oleh para amir untuk saling berebut
kekuasaan dan merperkuat posisinya di pemerintahan.
b. Kemewahan dan Korupsi
Sejak
pemerintahan Al- Nasir, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan penguasa
istana, bahkan di kalangan para amir. Hal ini, membuat keuangan negara semakin
merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dari sektor pajak dinaikkan sehingga
penderitaan rakyat semakin bertambah. Disamping itu, perdagangan pun
dipersulit, seperti komoditi utama dari Mesir yang selama ini diperjualbelikan
bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan dan keuntungannya untuk
berfoya-foya. Banyak penguasa Mamluk
Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.
Maka, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
Maka, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
c. Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk
yang memeras pedagang membelenggu kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah
dan semangat kerja mereka. Keadaan ini semakin memperburuk musim kemarau
panjang dan wabah penyakit menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da
Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498 M, jalur perdagangan dari Timur
jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah ke tempat itu. Hal ini
berdampak besar pada pendapatan devisa Negara yang selanjutnya melemahkan
perekonomian.
d. Serangan dari Turki Ustmani
Penyebab langsung runtuhnya
Dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan antara Turki Ustmani ynag terjadi
dua kali. Pada tahun 1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total
tentara Mamluk. Setelah menang di
Aleppo, tentara Turki Ustmani melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah
Mesir yang dalam perjalanan ini terjadi pertempuran sengit antara tentara Turki
Ustmani dan Mamluk pada 22 Januari 1516
M. Pertempuran terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (Al- Asyrof)
yang merupakan sultan terakhir Dinasti Mamluk.
Dinasti
Mamalik juga kalah melawan pasukan Utsmani dalam pertempuran di luar kota
Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan
sebagai akibatnya tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dari Kairo ke
Istambul dan Sejak itu wilayah Mesir berada
di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.
KESIMPULAN
Dinasti mamluk merupakan sebuah dinasti yang berasal dari
kalangan budak. Dinasti ini merupakan
tawanan dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara sehingga berhasil
membangun suatu dinasti. Dinasti Mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti Mamluk
Bahri (648 H – 792 H) dan Dinasti Mamluk Burji (792 H – 923). Walaupun dinasti
ini didirikan oleh para kaum budak, namun dinasti ini juga mencapai
kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan dan arsitektur. Pada bidang
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Mamluk
antara lain sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama dan pada
masa ini muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di
jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Seperti Ibnu Khalikan, Nasir Al Diin
Al- Thusi, Ibnu Taimiyah, As- Suyuti, dan lain sebagainya.
Sedangkan
dalam bidang arsitektur, dinasti ini membangun sekolah-sekolah dan
masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini
diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan
menara masjid, dan yang paling mengesankan adalah bangunan-bangunan
arsitektural dan artistik pada skala dan kualitas yang tidak ditemukan padanannya
dalan sejarah Mesir sejak jaman masa Plotemius dan Fira’un.
Dinasti ini mengalami kemunduran yang pada akhirnya membawa kepada masa
kehancuran. Faktor-faktor
yang menyebabkannya adalah adanya perebutan kekuasaan, kemewahan dan korupsi,
merosotnya perekonomian, dan serangan dari bangsa Turki Ustmani. Pada akhirnya
dinasti ini memiliki nasib yag sama dengan dinasti-dinasti lain ketika mengalami
kemunduran, adapun salah satu faktornya dengan adanya perebutan kekuasaan yang
mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah. Hal inilah yang terkadang
menjadikan umat Islam sulit untuk maju karena perebutan kekuasaan menandakan bahwa pemimpin pada masa
itu masih belum benar-benar memikirkan kesejahteraan rakyatnya ketika dinasti mamluk
sedang berkuasa.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K. History Of Arabs. Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002.
Sunanto,
Musyrifah. Sejarah
Islam Klasik.
Jakarta : KENCANA, 2003.
Thohir,
Ajid. Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008.
[1] Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2004), hal 129.