Senin, 22 Oktober 2012

Dinasti Mamluk



PENDAHULUAN

Dinasti mamluk berasal dari kalangan budak, hal ini dapat diketahui dari asal kata mamluk itu sendiri, yaitu mamluk yang memiliki arti “budak”. Dinasti mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti mamluk bahri (648 H – 792 H) dan dinasti mamluk burji (792 H – 923). Para budak ini berhasil membangun suatu dinasti karena sebelumnya para mamluk ini merupakan tawanan dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara.
Walaupun dinasti ini didirikan oleh para kaum budak, namun dinasti ini juga mencapai kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan dan arsitektur yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dalam makalah ini. Pada masanya dinasti mamluk ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu pengetahuan, diantaranya: ibn khaldun, ibn nafis dan abu al fida. Sama seperti dinasti-dinasti yang sebelumnya tokoh-tokoh besar pada masa dinasti ini juga memiliki pengaruh yang besar pula bagi dunia melalui ilmu mereka.
Namun tidak jauh berbeda juga dengan dinasti-dinasti islam lainnya, setelah masa kejayaannya dinasti ini pun mengalami masa kemunduran. Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran ialah faktor internal dalam dinasti mamluk tersebut. Penjelasan lebih dalam akan dijelaskan pada bab berikut ini.








PEMBAHASAN

  1. Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Mamluk.
Kemajuan-kemajuan yang di capai oleh dinasti mamluk banyak sekali, di antara beberapa kemajuan yang di capai adalah bidang ilmu pengetahuan dan bidang arsitektur
a.       Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk antara lain sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama. [1] Di masa ini pula muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Di samping itu Mesir dengan perguruan tinggi Al ashar serta perpustakaan Dar al Hikmahnya yang selamat dari serangan Mongol menyebabkan kesinambungan ilmu jaman klasik tetap berkembang. Mesir menjadi pusat peradaban islam berintikan kebudayaan arab. [2]
Ilmuan-ilmuan besar yang lahir pada masa dinasti mamluk di antaranya adalah :
1.      Ibn Nafis yang oleh pengagumnya digelari The second Avisenna ( Ibn Sina kedua ) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan seorang penulis yang serba bisa pada abad ke-7 H/13 M. Ia belajar  ilmu kedokteran di tempat kelahirannya yang mana gurunya berasal dari perguruan “ Ibn at-Tilmidz”. selain itu ia juga belajar tata bahasa arab, logika dan ilmu keislaman lainnya . Salah satu karyanya yang terkenal adalah as Shamil fi at Thibb sebuah ensiklopedia kedokteran yang lengkap, terdiri kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam 8 jilid dan dia juga penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia  .
2.      Abu al Fida, dia adalah seorang geografi dan sejarah terkenal. Abu al Fida merupakan keturunan keluarga ayyub yaitu Shalahuddin al Ayyubi. Karyanya yang terkenal Al-Nujum al Zhahiroh fi muluk Meshir wa al Qohiroh ( bintang terang raja-raja Mesir dan Kairo) sebuah sejarah tentang mesir dan periode penaklukan bangsa arab sampai 1453. [3]
3.      Ibn Khaldun, dia adalah seorang ilmuan islam yang sangat cemerlang dan  yang paling di hargai oleh dunia intelektual modern karena  karya-karyanya yang sangat monumental, salah satu karyanya adalah Philosophi of history yaitu filsafat sejarah  terbesar yang pernah duciptakan manusia dari Negara dan bangsa manapun[4]
Selain itu dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Nashiruddin ath-Thusi yang dalam bidang astronomi, Abul Faraj al-'Ibry ahli dalam dalam bidang matematika[5]. Abdul Mun'im ad-Dimyathi seorang dokter hewan, dan Ar-Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan masih banyak ilmuan-ilmuan lainnya.
Pada abad ke-13 satu genre bidang kesenian berkembang dengan baik yaitu seni wayang, pertama kali muncul dengan tajuk Thayf al Khayal fi Ma’rifah Khayal al Zhil (bayang-bayang imajinsi tentang pengetahuan pertunjukan wayang dan masih banyak para ilmuan-ilmuan besar lainnya) oleh Muhammad ibn Daniyal al Khuza’I al Maushili dan satu-satunya karya yang masih bertahan hingga kini dalam bidang drama puitis dari dunia islam abad pertengahan. Pertunjukan wayang kemungkinan di ciptakan di Timur tengah, akan tetapi orang-orang islam mengenalnya dari India atau Persia.


b.      Arsitektur atau Pembangunan
Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid. Pada periode mamluk kejutan yang paling mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural nan artistik pada sakla dan kualitas yang tidak di temukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa plotemius dan fira’un. Arsitektur muslim mencapai ekspresi yang paling kaya ornament pada sejumlah masjid, sekolah dan museum yang didirikan oleh pemimpin-pemimpin mamluk . [6]
Mazhab arsitektur mamluk, yang asalnya bisa di lacak model arsitektur periode Nuriyyah dan Ayyubiyah, mendapat suntikan baru dari orang Suriah-Mesopotamia pada abad ke 13, ketika Mesir menjadi tempat berlindung para pengrajin dan seniman yang melarikan dari Mosul, Baghdad dan Damaskus sebelum invasi Mongol. Rancangan bentuk menyilang pada struktur masjid-sekolah di kembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Kubah di bangun untuk menahan cahaya yang datang dari berbagai arah, juga untuk penerangan, tampak indah dari luar dan kaya dekorasi. Bangunan batu bergaris, dan berbagai dekorasi yang di hasilkan dengan menggunakan batu-batu beragam warna pada setiap isinya berasal dari Romawi dan Bizantium, menjadi ciri istimewa arsitektur periode ini. Hal lain yang perlu di catat dari periode ini adalah pengembangan stalaktif-pendentif, sama halnya dengan dua dekorasi lain yang di kenal baik saat ini yaitu arabesque dan huruf-huruf bergaya kufi. Sepanjang sejarah muslim figur-figur binatang lebih bebas di pakai di Mesir dan Suriah dari pada di Spanyol dan Persia.
Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada obyek-obyek yang dianggap suci seperti hiasan kotak Al qur’an dan masjid akan tetapi di terapkan juga pada berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok, baki, pedupan, yang mana semua itu menjadi saksi tentang gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kronik kontemporer. Putri-putri kerajaan menghiasi diri mereka dengan berbagai hiasan mewah seperti gelang, kalung, gelang kaki, anting sama seperti yang masih di gunakan oleh orang Mesir modern. Kemegahan mamluk semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni semisal tarian, sulap dan pertunjukan wayang. Sejak penaklukan Turki Ustmani atas wilayah Mesir dan Suriah, hampir semua pusat kerajinan dan industri mulai runtuh. Sejumlah arsitek, ahli teknik, tukang kayu dikirim ke Konstantinopel oleh sultan Halim. Hanya satu bidang kerajinan yaitu ukiran keramik yang bertahan setelah penaklukan Turki usmani dan menghsilkan kualitas terbaik melampaui berbagai kriya seni lainnya. Sebagaimana ditunjukkan oleh koleksi keramik damaskus yang tersimpan di Kensington selatan. Talam, mangkok, kandil, vas bunga dan berbagai benda yang terbuat dari kuningan yang di produksi saat ini di Demaskus, kebanyakan mengikuti pola-pola dari periode mamluk. [7]
B.     Zaman Kemunduran
Sebagaimana halnya dinasti-dinasti lain, dinasti mamluk juga mengalami pasang surut. Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, dinasti ini mengalami kemunduran  yang pada akhirnya membawa kepada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah :
a.       Perebutan Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Qalawun, Sultan Mamluk ke-8 (1279-1290 M) melakukan perubahan dalam bidang pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara turun-temurun dan tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihal militer untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahriyun sehingga semakin lama pejabat dari Mamluk Bahriyun semakin berkurang dan digantikan dengan oleh Mamluk Al- Burjiyun.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan dalam pemerintahan. Pada masa Al- Nasir Muhammad Ibnu Qalawun (1293 M) ia mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan Kitbuga (Al- Adi Zaenal Al- Din) dan Najim Al-Mansur Hismudin. Pada 1382 M Barquk Al- Dzahir Saef Al- Din dari Mamluk Al- Burjiyun berhasil merebut kekuasaan dari tangan Al- Shalih Salahuddin, Sultan terakhir dari keturunan Qalawun. Sejak saat itulah mulai periode kekusaan Mamluk Al- Burjiyun.
Meskipun sultan-sultan Mamluk Burjiyun menerapkan sistem pemerintahan secara oligarki seperti yang diterapkan Mamluk Bahriyun sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi ini di manfaatkan oleh para amir untuk saling berebut kekuasaan dan merperkuat posisinya di pemerintahan.   
b.      Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Al- Nasir, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan penguasa istana, bahkan di kalangan para amir. Hal ini, membuat keuangan negara semakin merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dari sektor pajak dinaikkan sehingga penderitaan rakyat semakin bertambah. Disamping itu, perdagangan pun dipersulit, seperti komoditi utama dari Mesir yang selama ini diperjualbelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan dan keuntungannya untuk berfoya-foya.  Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.
Maka, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan  bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani.
c.       Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang membelenggu kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka. Keadaan ini semakin memperburuk musim kemarau panjang dan wabah penyakit menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498 M, jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah ke tempat itu. Hal ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara yang selanjutnya melemahkan perekonomian.   
d.      Serangan dari Turki Ustmani
Penyebab langsung runtuhnya Dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan antara Turki Ustmani ynag terjadi dua kali. Pada tahun 1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk.   Setelah menang di Aleppo, tentara Turki Ustmani melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam perjalanan ini terjadi pertempuran sengit antara tentara Turki Ustmani dan Mamluk  pada 22 Januari 1516 M. Pertempuran terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (Al- Asyrof) yang merupakan sultan terakhir Dinasti Mamluk.
Dinasti Mamalik juga kalah melawan pasukan Utsmani dalam pertempuran  di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Dengan demikian berakhirlah  kekuasaan Dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dari Kairo ke Istambul dan Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu wilayahnya.




KESIMPULAN

Dinasti mamluk merupakan sebuah dinasti yang berasal dari kalangan budak. Dinasti ini merupakan tawanan dinasti ayyubiyah yang dididik dan dijadikan tentara sehingga berhasil membangun suatu dinasti. Dinasti Mamluk terbagi menjadi dua, yakni dinasti Mamluk Bahri (648 H – 792 H) dan Dinasti Mamluk Burji (792 H – 923). Walaupun dinasti ini didirikan oleh para kaum budak, namun dinasti ini juga mencapai kemajuan-kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan dan arsitektur. Pada bidang Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Mamluk antara lain sejarah, kedokteran, asrtonomi, matematika dan ilmu agama dan pada masa ini muncul tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang hasil karyanya mampu di jadikan rujukan oleh para ilmuan dunia. Seperti Ibnu Khalikan, Nasir Al Diin Al- Thusi, Ibnu Taimiyah, As- Suyuti, dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bidang arsitektur, dinasti ini membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid, dan yang  paling mengesankan adalah bangunan-bangunan arsitektural dan artistik pada skala dan kualitas yang tidak ditemukan padanannya dalan sejarah Mesir sejak jaman masa Plotemius dan Fira’un.
Dinasti ini mengalami kemunduran  yang pada akhirnya membawa kepada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah adanya perebutan kekuasaan, kemewahan dan korupsi, merosotnya perekonomian, dan serangan dari bangsa Turki Ustmani. Pada akhirnya dinasti ini memiliki nasib yag sama dengan dinasti-dinasti lain ketika mengalami kemunduran, adapun salah satu faktornya dengan adanya perebutan kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah. Hal inilah yang terkadang menjadikan umat Islam sulit untuk maju karena perebutan  kekuasaan menandakan bahwa pemimpin pada masa itu masih belum benar-benar memikirkan kesejahteraan rakyatnya ketika dinasti mamluk sedang berkuasa.

DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K.  History Of Arabs. Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : KENCANA, 2003.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam.  Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.








[1] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 129.
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : KENCANA, 2003), hal 216-217.
[3] Philip K.Hitti, History Of Arabs, (Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002), hal 881.
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : KENCANA, 2003), hal 221-222.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008) hal 127.
[6] Philip K.Hiti, History Of Arabs, (Jakarta : Serambi Bina Ilmu, 2002), hal 885.
[7] Ibid, hal 886-888.

maroko


A.   Informasi Geografis Tentang Maroko
الله، الوطن، الملك
المملكة المغربية
Al Mamlakah al Maghribīyah
 


(Allāh, al Waţan, al Malik = "Allah, Negara, Raja")


-
-
-
- Dari Perancis
-
Total
446,550 km2 (56)
-
Air (%)
-
-
Perkiraan 2005
32.725.847 (35)
-
-
-
73/km2 (96)
PDB (KKB)
Perkiraan 2005
-
Total
US$129,2 miliar (53)
-
US$4.332 (112)
WET (UTC0)
-
Musim panas (DST)
WEST (UTC+1)
.ma
212

Letak Geografis :Kerajaan Maroko (bahasa Arab: المملكة المغربية) adalah sebuah negara di barat laut Afrika yang mempunyai garis pantai yang panjang dekat Samudra Atlantik yang memanjang melewati Selat Gibraltar hingga ke Laut Tengah. Maroko menduduki Sahara Barat pada 1975, namun peristiwa tersebut belum diakui secara global.[1] Maroko itu adalah salah satu nama negara di benua Afrika, tepatnya di Afrika bagian Utara. Nama resmi Maroko adalah Kerajaan Maroko. Negara Maroko dikelilingi oleh Samudera Atlantik, laut Mediterania dan Selat Gibraltar.
B.   Sejarah Maroko
Terdapat bukti arkeologi yang kuat bahwa Maroko pernah dihuni oleh manusia zaman batu. Mereka meninggalkan banyak jejak atas kehadiran mereka. Sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi, bangsa Berber tiba di daerah itu dan bermukim disana.[2] Bangsa Funisia tampil di daerah itu sekitar abad ke-11 Masehi, yaitu ketika mereka mendirikan beberapa pos dagang di pantai Laut Tengah. Kemudian bangsa kartigania mendirikan pusat perdagangan di wilayah pantai Maroko di Laut Tengah dan Atlantik. Setelah terjadi serangkaian peperangan bersejarah, bangsa kartigania akhirnya dilengserkan oleh bangsa Romawi. Dari abad ke-1 sebelum Masehi sampai abad ke-5 Masehi lahan itu menjadi sebuah propinsi Romawi. Sampai hari ini reruntuhan Romawi masih dapat dilihat di bagian utara Maroko. Selama abad ke-2 dan ke-3 Masehi, Volubilis yang terletak di kaki bukit  Zerhoun, dahulu adalah sebuah kota Romawi yang berjaya. Namun kini semua yang tersisa dari kerajaan Romawi itu hanyalah beberapa gapura dan tiang batu.
Pada abad pertengahan abad ke-7 kaum Muslimin Arab menyerang dari Timur. Sebagian kecil dari angkatan perang Arab ini bermukim di Maroko. Namun, penyerangan Arab berikutnya pun terjadi dan di awal abad ke-8 orang Arab itu menduduki wilayah itu. Bangsa Berber tetap mempertahankan jatidiri mereka selama penyerbuan itu meskipun akhirnya menerima agama Islam.  Orang Berber kemudian bergabung dengan angkatan perang Arab dalam menakalukan sebagian Spanyol, yang pertama kali mereka serang pada tahun 711. Menjelang akhir abad- ke-8, idris, mendirikan kota Fez yang dahulunya kota Romawi dan yang menjadi terkenal sebagai pusat agama dan kebudayaan Islam. Dan kemudian membentuk kerajaan Idris dan wilayah kekuasaannya adalah Maroko.
Selanjutanya, Maroko dikuasai oleh dinasti Murabbitun dengan Ibu kotanya Marrakech. Setelah kekuasaan Murabbitun jatuh, Maroko menjadi wilayah kekuasaan dinasti Muwahhidun (1121-1269). Setelah jatuhnya al-Muwahhidun, Maroko dikuasai oleh dinasti Marrin. (akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-14). Selanjutnya, negeri ini dikuasai berbagai penguasa, yaitu tahun 1666 Syarifiyah Alawiyah, tahun 1844 Abdul Qadir al-Jaziry, dan tahun 1873-1894 Sultan Hasan I. Pada tahun 1894-1908, Maroko beralih ketangan Abdul Aziz bib Hasan, yang atas permintaannya, Perancis melakukan infiltrasi pada tahun 1901-1904.[3] Penggantinya, Abdul Hafiz, karena terjadinya pemberontakan rakyat Maroko, meminta bantuan militer, ekonomi, dan politik kepada Perancis dengan melepaskan kemerdekaan politiknya. Tanggal 30 Maret 1912, ditandatangani suatu persetujuan bahwa Maroko menjadi negara protektorat Perancis.[4] era protektorat, dari tahun  1912-1956 merupakan penghinaan bagi rakyat Maroko, tetapi juga sebaliknya menjadikan negeri itu ke dalam dunia modern.   
Selanjutnya, penguasa Perancis dibawa Jendral Marshal Lyautey, menngontrol para suku, mengintimidasi mereka secara militer mengambil lahan-lahan pertanian, dan mengancam untuk  membuat mereka kelaparan. Penguasa Perancis juga mengontrol para elit agama. Perancis terhadap orang Berber kebijakan penguasa Perancis, diarahkan untuk mendapatkan dukungan mereka bagi kekuasaan perancis. Penguasa memandang orang Bar-bar sebagai kelompok non Arab yang dapat dipidahkan dari penduduk Maroko secara Umum, dan bersekutu dengan pemerintah Perancis.[5] Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, pengauasa Perancis mengambil lanhkah-langkah yang diperlukan.
Dekrit Bar-bar tahun 1930 mengusahakan untuk mendirikan pengadilan Barbar yang didasarkan hukum adat tetapi kelompok Bar-bar sendiri bersikap menentang kepada kebijakan penguasa Perancis dan menuntut penetapan hukum syariah. Dalam bidang ekonomi pun, kebijakan yang diambil penguasa Perancis kurang menguntungkan penduduk. Banyak lahan-lahan pertanian pribumi yang dijual kepada mereka terutama orang-orang Eropa. Penguasa Perancis banyak mengelola pertanian. Sementara itu, pribumi hanya diperbolehkan mengelola pertanian yang kurang prospektif dang menguntungkan.
Kondisi sosial politik Maroko dibawah protektorat Perancis telah memberikan dampak negatif  yang cukup besar terutama dalam bidang struktur sosial politik penduduk Maroko. Kekuasaan kepala suku dan gerakan keagamaan, karena  adanya birokrat, berkurang dan bahkan hilang. Satu penentangan yang cukup kuat datang dari gerakan reformasi keagamaan. Sekitar tahun 1925-1926, kelompok-kelompok politis mulai terbentuk dikalangan pendidik dan pelajar. Pada tahun 1927 satu asosiasi pelajar Muslim Afrika Utara lahir. Pada tahun 1943 berdirilah Partai Istiqlal, yang dibentuk oleh al-Faz, pemimpin kelompok nasionalis dan al-Wazzani, pemimpin gerakan rakyat dan langsung menggalang dukungan masa untuk kemerdekaan Maroko.[6] Setelah perang dunia ke-2, kepemimpinan oposisi Maroko berpindah dari tangan gerakan reformis ke Partai Istiqlal yang mendukung usaha Sultan Muhammad. Setelah bernegosiasi dengan penguasa Perancis, akhirnya penguasa Perancis dan Sultan menerima menandatangani kemerdekaan Maroko pada tahun 1956, sehingga Maroko merdeka pada tanggal 2 Maret 1956. Pada tahun 1957 Mohammad V memakai gelar raja. Ia memerintah sampai wafatnya sampai pada tahun 1961 dan digantikan oleh putranya Hasan II.  
C.   Penduduk
Selain penduduk zaman batu dari masa purba, bangsa Berber adalah orang yang pertama bermukim di Maroko. Mereka tetap bertahan terhadap perang dan penaklukan, serta jarang yang meninggalkan kepercayaan dasar dan jalan hidup mereka. Pada abad ke-7 penakluk Arab berbaur dengan bangsa Berber. Tidak berselang lama, dari abad ke-12 sampai ke-15 bangsa Arab Badui memasukkan bahasa mereka dan agama Islam ke pedalaman Maroko.
Sebagian besar penduduk Maroko adalah Muslim. Islam merupakan agama resmi negara, tetapai kebebasan beragama dijamin oleh negara.
D.   Ekonomi
Meskipun industri Maroko tumbuh dengan cepat, negeri ini masih mengutamakan pertanian. Kira-kira ¾ jumlah penduduk mengolah tanah. Sebagian petani mengunakan metode dan teknik modern, tetapi lebih banyak lagi yang tetap menggunakan kebiasaan lama yang dahulu. Daerah tersubur negeri ini adalah propinsi Casablanca. 90% lahan yang telah diolah ditanami dengan tanaman biji-bijian. Gandum paling banyak diproduksi. Jewawut dan jagung juga merupakan bagian hasil yang penting yang cukup penting. Sejumlah orang Maroko juga terlibat dalam peternakan hewan, seperti biri-biri, sapi, kedelai, kuda, dan bagal.
E.   Pendidikan
Maroko merdeka dari Perancis pada tahun 1956 dan sejak itu Pemerintah Maroko telah memulai untuk melaksanakan reformasi menyeluruh dalam pendidikan dan pelatihan kejuruan teknis. Meskipun tantangan ekonomi yang dihadapi di tahun 1990-an dan awal 2000, pemerintah terus meningkatkan upaya bersama untuk lanskap pendidikan secara keseluruhan. Pada 2006, pengeluaran untuk pendidikan sebagai persentase dari PDB adalah 5,5 persen, lebih tinggi dari pengeluaran pendidikan sebagai persen dari PDB untuk negara-negara Arab, seperti, Oman, Kuwait dan Mesir.[7]
Sejak awal 2000-an tingkat partisipasi kasar telah terus meningkat untuk semua jenjang pendidikan. Tingkat kelulusan pada tingkat SD telah meningkat dari 57,8 pada tahun 2004-61,7 persen pada tahun 2006.[8] Meskipun perbaikan ini, sistem pendidikan Maroko kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan gender di semua tingkat, putus sekolah yang tinggi dan tingkat pengulangan terutama pada tingkat primer dan sekunder, dan meningkatkan tekanan pada pendidikan yang lebih tinggi untuk menyerap peningkatan jumlah Maroko graduates.Throughout sekunder, tingkat buta huruf perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Mereka mencapai 83 persen di daerah pedesaan, bahkan 90 persen di beberapa komunitas. Maroko menempati peringkat 130 dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ini memiliki tingkat melek huruf dewasa dari 52 persen pada tahun 2004.
F.    INDUSTRI
Meskipun industri tidak sepenting pertanian, pertambangan Maroko menyediakan kerja bagi rakyat, penghasilan bagi pemilik, dan pajak bagi negara. Tambang fosfat di Kouribga dan Youssoufia, terkenal hampir di seluruh Afrika. Belum banyak  minyak yang ditemukan, tetapi pabrik penyulingan di Mohemmedia mengolah minyak mentah. Selain itu batu bara, besi, timbel, seng, kobalt, dan mangan melengkapi sumber bagi industri mineral di Maroko. Maroko juga memiliki pabrik tekstil, semen, dan cat. Perikanan juga telah menjadi industri yang penting yang memberi kerja kepada beribu-ribu orang.


KESIMPULAN
Dari beberapa penjelaskan yang dipaparkan oleh pemakalah pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwasannya Maroko sama seperti pembahasan negara-negara sebelumnya juga termasuk negara berkembang, yang mencoba memperbaiki internal Maroko sendiri untuk menjadi lebih baik lagi setelah kemerdekaan yang dicapainya dari Perancis. Pengembangan yang dilakukan meliputi bidang perekonomian yang mengandalkan dari hasil pertanian dan peternakan, dengan sistem yang lebih modern. Pada bidang pendidikan, Maroko mencoba untuk meningkatkan pendidikannya agar tingkat buta huruf dapat turun sehingga menghasilkan Sumber Daya Manusia yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Sedangkan pada bidang industri, Maroko lebih menekankan pada perusahaan tekstil, semen, cat dan pertambangan. Walaupun demikian bidang industri ini bukanlah sumber perekonomian yang utama bagi Maroko, bisa dikatakan pula bidang industri ini sebagai pelengkap dari sumber devisa negara.
Apabila dilihat dari segi sejarahnya, Maroko tidak berbeda dengan negara aljazair, libya ataupun  negara-negara Magribi lainya. Kelompok manusia yang menghuni pertama kali adalah suku ber-ber meskipun Maroko pernah dihuni oleh manusia zaman batu, dan  Selain itu maroko juga merupakan negara bekas jajahan Perancis. tetapi meskipun Maroko adalah bekas jajahan Perancis, Maroko dahulunya merupakan wilayah kekuasaan dinasti Idrisiyah.



DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiyar BaruVan Hoeve, 1997.
Kandu, Amirullah. Ensiklopedi Dunia Islam. Bandung: CV Putaka Setia, 2010.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern: Yogyakarta: LESFI, 2009.
Zartman, William. Negara dan Bangsa. Jakarta: Glorier International bekerjasama dengan Widyadara, 1988.


[2] Wiliiam Zartman. Negara dan Bangsa. (Jakarta: Glorier International bekerjasama dengan Widyadara, 1988), hal. 68
[3] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. (Jakarta: PT Ichtiyar BaruVan Hoeve, 1997), hal. 167
[4] Amirullah. Ensiklopedi Dunia Islam. (Bandung: CV Putaka Setia, 2010), hal. 452
[5]Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Ketiga. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 240
[6] Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern: (Yogyakarta: LESFI, 2009), hal. 247
[7] http://indonesian.anriintern.com/news/education-in-morocco/
[8] Ibid.,